top of page

SARA...CEN

Writer's picture: diky wiryawandiky wiryawan

"Be...ri..ta...Berita uta...ma..."

"Kri...mi..nalll hari ini..."

"Kepo..."

“EHEEEEMM!!”

Belum selesai Jiyo membaca koran yang ditempel di papan pengumuman kelurahan, tiba-tiba dia dengar orang berdehem di sisi papan sebaliknya. Papan itu memang ditempatkan di dekat pintu keluar, dan bukan digantung di dinding.

Sepagi ini, selain dia yang memang bertugas menjaga kebersihan kelurahan, biasanya tidak ada orang lain. Jiyo mencoba mengintip. Tidak terlihat wajahnya. Jiyopun meneruskan membaca koran. Kali ini suaranya sedikit dilirihkan.

“Kepo-lisian...menang...”

“EHEEEEMM...HEMM!!”

Kali ini orang itu berdehem lebih keras, sepertinya dia jengkel.

Karena tidak tamat SD, sejak kecil Jiyo terbiasa mengeja apa yang dibacanya. Jiyo kembali mencoba mengintip wajah pemilik suara tadi. Kepalanya sampai miring. Tapi nampaknya orang itu berdiri sangat dekat dengan kaca bening penutup koran di papan pengumuman kelurahan itu. Lagi-lagi Jiyo tidak berhasil melihat wajah orang yang misterius itu.

“Kepo..lisian menang..kap pelaku penyeb...penyebaran berita boh...”

“SANGAT TERORGANISIR...” potong orang itu lagi. Kelihatannya dia tambah jengkel.

Namanya juga Jiyo, yang tadinya dia mencoba melirihkan apa yang dibacanya, sekarang dia justru membacanya keras-keras.

Isu sa..ra ja...di komo...”

“GAK BENERR NI...”

Lagi-lagi suara Jiyo dipotong semena-mena oleh orang itu. Dan Jiyo dengan susah payah harus mengulang setiap kata dari kalimat terakhir yang dibacanya.

“Isu sara jadi komo...ditas uta..ma be...rita ho..ax..” eja Jiyo mencoba lebih cepat. Nampaknya dia juga sudah habis kesabarannya. Kali ini sengaja Jiyo diam menunggu respon orang itu.

Benar saja, tidak lama kemudian...

“MANA YANG HITAM, MANA YANG PUTIH, SEMUA SERBA ABU-ABU...”

Jiyo tersenyum kecil. Rupanya orang itu pun sedang membaca penangkapan Jasriadi, pimpinan sindikat Saracen yang menyebarkan hoax untuk menyudutkan lawan siapapun yang menjadi client mereka di akun media sosial.

Selain isu sara, isu-isu strategis bagi kelompok atau kalangan tertentu sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga potensi friksi kepentingan dan konflik antar kepentingan semakin membesar. Tidak jarang sindikat ini membobol akun sosial media seseorang untuk menyebarkan berita bohong. Dan ini adalah lahan bisnis buat mereka. Mereka mengambil keuntungan dari setiap meletupnya perpecahan, terbakarnya emosi kelompok tertentu yang mencoba mempengaruhi massa yang lebih besar untuk sependapat dengan kelompok tadi. Apalagi kalau media mainstream ikut mengangkatnya jadi viral. Ditambah desakan beberapa orang penting, publik figure, tokoh masyarakat, pemain-pemain politik yang entah mereka ikut terlibat atau tidak, entah mereka itu sadar atau tidak bahwa skenario ini biasanya akan berujung pada gelombang adu opini dan adu unjuk kekuatan yang makin besar.

Mata Jiyo berkenyit.

"Fenomena sosial yang aneh ya pak..." tanpa sadar Jiyo membuka percakapan.

"Apa yang harus kita lakukan ya pak..." tambahnya lagi.

"BIARKAN SAJA, MEMANG SUDAH WAKTUNYA..." kata orang itu.

Mata Jiyo tambah berkenyit. Jiyo tidak paham. Kenapa harus dibiarkan. Segera dia melongokkan kepalanya untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas. Dan betapa kagetnya Jiyo, tenyata....

"UBAN SIALAN...."

"UBAN SIALAN..."

"BIKIN RAMBUT TAMBAH GAK JELAS WARNANYA..." kata orang gila yang sedari awal menggunakan kaca papan pengumuman kantor kelurahan untuk bercermin melihat uban di kepalanya.

Diky Wiryawan

8 views0 comments

Recent Posts

See All

AMBROL

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola...

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang...

bottom of page