Apa yang lebih ditunggu kalau sedang jauh terpisah jarak dengan orang tua? Kabar bahwa mereka sehat, keluarga besar juga sehat. "sehate wong tuwo" begitu kata ibu saya. Spontan saya balas dengan wa sok bijak...
BELAJAR LEBIH BERSYUKUR
LEBIH BELAJAR BERSYUKUR
ALLAH AKAN BERI YANG LEBIH
Sore itu sengaja berangkat ke Masjid Nabawi lebih awal untuk sholat maghrib dan isya. Beberapa orang muslim Afganistan duduk di sebelah saya. Saya sempat melirik tas dan slayer mereka. Setelah sholat, saya khusyuk berdoa. "Sesenggukan" dan "mimbik-mimbik" siap menumpahkan uneg2 dan harapan atas nama doa. Minta mabrur, minta keluarga sehat, minta anak sholeh, minta rejeki yang halal, minta dihapuskan semua dosa, minta surga dan lain sebagainya. Pokoknya lengkap. Tapi konsentrasi saya terpecah karena orang tua di sebelah saya asal Afganistan tadi berdoa dan menangis keras2. Sambil duduk bersimpuh, tangannya diangkat, kepala mendongak, mulutnya tidak berhenti bicara menggunakan bahasa yang tidak saya mengerti. Nampaknya dia paham saya perhatikan. Tiba-tiba dia menoleh. Matanya memerah dan menitikkan air mata. Dua tangannya memberi peragaan senjata yang sedang ditembakkan. Ya, saya paham. Dia menceritakan bahwa perang telah menghancurkan negaranya. Hampir semua keluarganya meninggal karena perang. Saya tidak tega melihatnya. Ternyata saya harus belajar lebih banyak bersyukur apapun yang miliki sekarang.
"Ya, Allah, abaikan doa saya yang banyaknya seabreg tadi, terima kasih Kau sudah mengingatkanku... alhamdulillah atas semua limpahan berkah Mu..."
Perlahan isi doa saya ganti... "Ya Allah, kabulkan saja doa orang tua di sebelah saya ini...Amiiiiin..."