Namanya mbah Husein. Katanya usia 70 tahunan. Asli Sumbawa. Anaknya 10. Tanahnya 15 petak. Sapinya 10. Yang jelas beliau saya "temukan" di depan makam Al Baqi. Saya harus mencari petugas haji Indonesia untuk tahu dimana hotel tempatnya tinggal karena mbah Husein tidak bisa mengingatnya.
Ternyata hotelnya agak jauh. Harus berjalan memutar ke arah yang berlawanan, ke arah barat laut dari Masjid Nabawi. Beberapa jamaah dari Jawa Timur yang saya temui di depan lift juga tidak mengetahui kamar mbah Husein. Baru saja saya pesankan mie instan ketika petugas haji di hotel tersebut mengenalinya.
Namanya mbah Zainal Djusi dari Medan. Tidak berani pulang sendiri. Jalannya juga pelan karena pinggangnya sakit. Sempat berhenti sebentar untuk duduk di emper toko. Mbah Zainal hampir menangis sepanjang jalan. Dia hanya tahu hotelnya ada di gate 16 paling ujung. Sama seperti mbah Husein, tangan saya tidak pernah dilepas ketika kami berjalan. Ketika sampai di depan lobby hotel, saya dipeluk erat sama mbah Zainal. Masih sesenggukan dia memaksa saya untuk menulis nama, alamat dan no hp saya di bukunya.
Saya tidak tahu nanti malam akan ada kejadian apa. Yang jelas, setelah Shubuh pagi tadi... di Roudhah, salah satu doa yang saya panjatkan adalah... “Ya Allah, berilah jalan pada saya untuk bisa lebih bermanfaat pada orang lain, yang amalan itu bisa jadi amal jariyah buat saya..."