Seorang teman bertamu ke rumah saat kami akan berangkat haji. Dia bercerita ketika sandalnya hilang saat sholat di Masjid Nabawi. Kakinya kepanasan sampai akhirnya bisa beli sandal di toko terdekat. Saya hanya tertawa. Tertawa ya, bukan menertawakan. Jadi tidak ada maksud menghina sama sekali. Apalagi ketika saya mengalaminya sendiri.
Jadi ceritanya gini...
Saya sudah memperingatkan rekan 1 kamar yang berangkat bareng untuk membawa tas plastik atau tas untuk menyimpan sandal. Tapi beliau beralasan gak ada plastik. Beliau ini (maaf) kaki kirinya pincang. Setahu saya karena gula tinggi yang diidapnya, mengakibatkan saat kecelakaan 2 jari kaki beliau diamputasi.
Sesampai di masjid, lagi-lagi dia mengeluh kalau tidak bawa plastik. Akhirnya saya tawarkan untuk dimasukkan di tas sepatu hijau saya pemberian Bank Mandiri Syariah. Karena bentuk tas jadi besar, tidak bisa masuk ke tas pasport saya dan cukup mengganggu jika ditaruh di depan saya ketika sholat. Akhirnya saya taruh di rak sepatu dekat pilar masjid. Akhir cerita sudah bisa ditebak. Ada jamaah yang salah ambil tas sepatunya. Yang tertinggal tas hijau Mandiri Syariah yang sama persis seperti yang saya punya. Tapi isinya bukan 2 pasang sandal, melainkan sepasang sandal jepit dan 1 buah botol mineral water. Jadi saya berhusnudhon aja, orang itu salah ambil. Meringislah sejadi-jadinya. Pulang cari toko sandal, kaki kepanasan, beli 1 sandal buat saya sendiri, trus kembali ke hotel untuk mengambilkan sandal milik teman sekamar lewat tangga darurat naik ke lantai 10 karena lift super penuh antrian dan kembali turun lewat tangga darurat untuk mengantarkan sandal ke masjid Nabawi. Oiya, beliau ini tidak bisa membeli sembarang sandal. Harus sandal yang tertutup semua bagian depan jarinya dan diganjal di bagian jempol kirinya untuk memudahkan menggerakkan sandal dan menjaga keseimbangan karena (maaf) kondisi 2 jarinya yang diamputasi tadi. Huuufttt. Semua tetap harus ikhlas kan? Jadi Alhamdulillah...