Tidak hanya bahasa yang penting dalam komunikasi. Kesamaan tingkat pemahaman bahasa antara pemberi pesan dan penerima pesan juga isi atau bobot rangkaian kata dalam pesan juga menentukan keberhasilan sebuah proses komunikasi. Apalagi itu sudah dirangkum dalam rangkaian acara di media. Ini belum membicarakan tujuan yang juga harus sama antara keduanya. Mengelak "ketidaktahuan" tentang simbol/lambang dasar negara atau lebih pada kebodohan media yang sama sekali tidak berorientasi pada tingginya kualitas materi acara TV, sama-sama bodoh menurut saya. Seorang penyiar acara radio swasta di Jogjakarta pernah mengenyam hidup di balik jeruji besi ketika sengaja atau tidak sengaja membuat plesetan tentang ayat Kursi di tahun 80-90an. Seorang pemimpin redaksi tabloid juga merasakan hal yang sama ketika Rasul Allah Muhammad SAW diberi peringkat sama dengan manusia yang lain. Sudahkah kita belajar?
Diky Wiryawan