Setiap perbincangan dan diskusi tentang pemilihan kepala daerah, selalu dipuncaki dengan meruncingnya perbedaan pendapat dari pendukungnya dan penolaknya. Dan kadang energi ini habis hanya untuk ikut-ikutan membela salah satu pihak dan mulai menghakimi pihak yang lain hanya di perdebatan level permukaan saja. Itupun dengan membabi buta. Sah-sah saja. Tetapi tidak buat saya. Karena saya manusia, bukan babi apalagi babi buta.
Disinilah perlunya memperkaya spektrum pemahaman tentang suatu hal. Bahwa kejahatan bukan saja diartikan orang atau pihak yang melakukan hal jahat kepada pihak lain sengaja atau tidak disengaja. Tetapi seharusnya kejahatan dimaknai dengan membuang kesempatan untuk berbuat baik. Toh agamapun tidak hanya mewajibkan untuk melaksanakan perintah Allah tetapi juga menjauhkan dari larangan Allah. Pekerjaan di sebuah perusahaan pun demikian. Apa yang harus dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan.
Jika pemahaman ini diimplementasikan pada debat calon pemimpin, program kerja yang bersangkutan dan rekam jejak menjadi penting. Apa yang telah, sedang dan akan dilakukannya sama pentingnya dengan apa yang telah, sedang dan akan dihindarinya. Besaran nilainya akan menjadi formulasi antara fakta dan kemungkinan. Jadi mau digeser ke isu agama, ras atau tetap di ranah politik praktis, apapun pilihan kita sudah dibekali dengan pemahaman yang lebih dalam. Sekali lagi, karena kita manusia, bukan babi, apalagi babi buta. Diky Wiryawan