top of page
  • Writer's picturediky wiryawan

NUWUN PLENK...


"SAAT KAU KAN KEMBALI PULANG....AKU AKAN SLALU DISINI" "SAAT KAU TAK KEMBALI PULANG....mmnhm.." Tiba-tiba lagu ini meluncur menjadi senandung kecil ku. Sebuah lagu bertema cinta yang tidak pernah bisa terselesaikan liriknya. Seperti kehilangan arti. *** Dulu, 13 tahun yang lalu...Namanya juga masih muda. Saat masih SMA, dengan segala cerita gila dan nostalgianya. Satu yang paling tidak bisa aku lupakan adalah keinginan yang kuat untuk menjadi musisi. Bikin band, bikin lagu, cari panggung, pentas, dikagumi ma cewek-cewek!!! "Dik, iki aku ono lirik...tp belum selesai...teruske yo". Namanya Ifa, nama panggilannya Goplenk. Bassist ku yang juga adik kelasku SMA itu memang sedang sibuk dengan teaternya. Orangnya gagah, supel dan meskipun kadang usil tapi dia terkenal kreatif. Entah mengapa aku juga percaya bahwa dia sangat menjaga kuat MIMPInya...mimpi yang sama denganku...punya band ROCK!!!. Setelah pamitan dia langsung pergi. Tanpa kesulitan dia bawa bass putih andalannya di tangan kiri, dan mulai menghidupkan Grand 97 nya. Sendirian. Aku ingat, dia pernah hampir dirampok orang. Kalau tidak salah dini hari, dia mau pulang ke rumah. Motornya dipepet King dari sebelah kiri. 2 orang. Satu dari mereka sudah menarik leher bass yang dibawanya. Sangat kuat, tapi cengkraman untuk mempertahankannya justru bertambah kuat. Diantara rasa takut itu dia terjatuh bersama bass kesayanganya. Fiiuhh, untung cuman lecet aja. Gak parah. Gak ada yang diambil. Sekian bulan kemudian. Dari sore gitar bolong dah di tangan, memainkan kunci-kunci sederhana. Tidak lupa pensil dan kertas lirik. Semua kisah cintanya sudah aku refresh. Siap dituangkan. Dari mulai kenalan, cewek yang dikejar masuk ke SMA 11, kemudian sama-sama jadi pleton inti baris di SMA mereka masing-masing, sampe akhirnya cewek itu menjadi salah satu penyiar radio terkemuka di Jogja dan bassist ku mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri setelah kuliah ISI nya selesai. Sudah tengah malam, MIMPI itu semakin jauh, kertas lirik itu makin lama makin kucel saja. Berkali-kali aku coba...berkali-kali juga aku gagal menyelesaikan lirik itu. Seperti kehilangan arti. *** Sekian tahun kemudian. Dia sudah jadi orang besar. Ya bassistku sudah jadi orang hebat. Film layar lebar yang disutradarainya mendapat sambutan positif dari pecinta film Indonesia. Garuda Di Dadaku, begitu judul film itu. Dimana-mana orang membicarakannya. Ribuan jepretan kamera wartawan selalu mencarinya. Puluhan fans selalu mengerubutinya untuk minta tanda tangan. Aku sudah tidak lagi berhubungan dengannya. Bergelut dengan duniaku sendiri, dunia event organizer. Mungkin dia pun sudah tidak lagi menyimpan nomor telepon genggamku.

MIMPI itu sudah tergantikan. Semua orang harus realistis. Ketika kita terpaksa membuang satu MIMPI, kita harus punya rencana lain untuk mewujudkan MIMPI yang berikutnya. Dengan jalan lain, dengan cara lain, dengan seluruh tenaga, pikiran dan hati kita, dengan seluruh konsekuensi logis yang menyertainya. Karena sadar ataupun tidak, aku dan teman-teman band SMA ku pun melakukan hal yang sama. Sekuat apapun cobaan yang kita hadapi untuk mewujudkannya, cengkramlah MIMPI itu semakin kuat. MIMPI itu sudah tergantikan. MIMPI yang tidak lagi sama. *** Bukan lagi tema cinta yang ada di pikiranku. Lagu yang tidak pernah bisa terselesaikan itu telah memberikan arti yang dalam. Tentang MIMPI yang tergantikan, tentang indahnya mengejar MIMPI masa depan. Aku ingin seperti dia. Bukan ingin menjadi sutradara layar lebar. Bukan ingin terkenal. Bukan ingin dikejar wartawan ataupun fans. Tapi ingin dihargai dan dihormati orang karena apa yang telah dan akan kita lakukan. "SAAT KAU KAN KEMBALI PULANG....AKU AKAN SLALU DISINI" "SAAT KAU TAK KEMBALI PULANG....mmnhm.." Sebuah lagu yang tidak lagi bertema cinta bagiku. Sebuah lagu yang sampai kapanpun tidak akan aku selesaikan liriknya. Lagu yang telah memberikan art yang laini. to : ifa isfansyah aka goplenk note : "nuwun plenk!"

Diky Wiryawan

6 views0 comments

Recent Posts

See All

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola hidup sehat individu, menetapkan lagi tujuan hidup dan setelah

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang mengagetkan Wabah yang mengingatkan Pemenang bukan mereka yang terhinda

bottom of page