top of page
Writer's picturediky wiryawan

ADZAN


Awan tebal membuat langit dini hari semakin gelap. Beberapa burung terbang berjajar rendah melintas depan kamar. Seorang paruh baya mencoba terus menggoreskan pena digital membuat lukisan. Sarung teman tahajud masih dipakai tidak beraturan. Sama tidak beraturannya dengan rasa sakit di pinggang belakang. Tujuannya cuma satu, menunggu datangnya adzan. Tidak lama kemudian, yang ditunggu-tunggu datang juga. Lirih, tidak lantang, tanpa iqomah. Mungkin karena mayoritas yang tinggal di daerah ini adalah non muslim. Bergegas orang tersebut menjawab adzan dengan 2 rakaat sunnah dan 2 rakaat shubuh dengan meringis menahan rasa sakit di setiap gerakan sholatnya. 


1 view0 comments

Recent Posts

See All

AMBROL

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola...

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang...

bottom of page