Ketika eksistensi seseorang atau sebuah perusahaan hanya dilihat dari akun media sosialnya, diukur hanya dari berapa jumlah followernya, termasuk centang biru atau bolo dupakan, maka sebenarnya secara tidak sadar kita telah berlaku sebagai panitia lomba dari kompetisi ugal-ugalan popularitas tanpa mempertimbangkan faktor kemanfaatan dari konten yang ada.
top of page
Search
Recent Posts
See Allbottom of page