Menyenangkan juga menjadi orang bodoh seperti saya. Kalau saya sudah pasti susah memutuskan mana yang didahulukan. Mau penegakan aturan yang baru dibuat 5 atau 6 tahun lalu tanpa kompromi, semua disikat tanpa kajian panjang, tanpa mempertimbangkan program yang katanya sudah berjalan 50 tahun? Atau bagaimanapun caranya yang penting gak pake kaos berlogo rokok, tanpa bisa tau bahwa nama rokok sebagai produk berbeda dengan nama yayasan yang telah melahirkan banyak altet lewat program audisinya? Atau yang penting rendahkan mereka dulu dengan menggunakan kata hiperbolik seperti eksploitasi? Atau jangan-jangan mereka beranggapan anak berprestasi itu tidak penting, yang penting komisinya bisa melindungi. Atau ini pesanan, ada sponsor lain (baca : yayasan lain) yang lebih "ramah" bisa mulai masuk ikut2an program pembibitan prestasi anak itu? Atau mereka mau minta tambah anggaran supaya bisa menyelenggarakan sendiri event audisi atlet anak tanpa eksploitasi? Sebentar, saya yang bodoh ini jadi bingung...seharusnya setiap prestasi, karena lahir dari keringat dan kerja keras, latihan terus-menerus, doa orang tua, keluarga dan teman dekat, dana dari banyak pihak yang berkolaborasi, bukankah kepentingan anak itulah yang harusnya dilindungi terutama dari pihak luar termasuk dari sebuah komisi yang merasa sudah berprestasi karena menghentikan prestasi anak?
top of page
Search
Recent Posts
See Allbottom of page