Kata perintah yang kemudian dilengkapi dengan kata keterangan berupa syarat atau keadaan. Misalnya...
Jujurlah, wahai orang pintar.
Makanlah, wahai orang lapar.
Jadi orang pintar ada yang tidak jujur, maka dari itu kalimat itu dimaksudkan untuk menyempurnakan atau melengkapi keadaan pintar dengan bersikap jujur. Atau bersikap jujur di kalimat itu lebih mudah dilakukan oleh orang yang mengaku-aku pintar. Di kalimat kedua, untuk makan, maka syarat keadaannya diperuntukkan oleh orang yang lapar. Ini sedikit berbeda dengan kalimat pertama, dimana jujur dan pintar bukan kata yang dekat asosiasi katanya. Menjadi sama kalau kelimat pertama saya ubah menjadi "Jujurlah, wahai orang yang bohong."
Bagaimana kalau kalimat terakhir dalam QS 2:197?
“... Bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang menpunyai akal sehat."
Jelas ini merupakan contoh kalimat pertama, karena bukan bertakwalah, wahai orang kafir. Kalau diganti seperti itu maka jadi seperti kalimat kedua. Maka sangat mungkin ayat itu berarti orang yang mengaku berakal sehat tidak semuanya bertakwa, dan takwa lebih mudah dilakukan oleh orang-orang yang mengaku berakal sehat.
Wallahu a’lam bish-shawab.