Pada jaman penjajahan Belanda, mereka yang baru pulang berhaji, meninggalkan Indonesia berbulan-bulan menggunakan alat transportasi kapal, dipanggil haji. Konon istilah itu disematkan untuk lebih bisa memonitor pergerakan para haji di Indonesia. Karena mau gak mau, mereka adalah kaum terpelajar yang telah sekian lama belajar agama Islam yang mana di dalamnya berisi segala macam ajaran tentang kehidupan, baik cara beribadah sampai cara bermasyarakat dan bernegara sesuai tuntunan Allah dan Nabi Muhammad SAW. Haji jaman itu dianggap sebagai ancaman bagi Belanda karena akan menumbuhkan kesadaran kolektif anak bangsa untuk melawan penjajah. Dan sejarah memang membuktikan, kehadiran para haji tidak hanya menjadi bagian sejarah panjang masuknya Islam ke Indonesia tetapi juga merupakan bagian dari proses pergerakan Indonesia untuk memperolah kemerdekaannya. Ini yang kemudian secara budaya menjadi kultur dalam masyarakat secara turun menurun. Siapa yang pulang haji dipanggil haji atau hajah. Diberi titel tambahan di depan namanya. Saya gak paham juga, di negara mana saja ini terjadi. Saya kira tidak banyak.Â
Nah, kelihatannya beban ini terasa terlalu berat di pundak saya. Saya memang berangkat haji, tapi cuman 45 hari. Selama berhaji dan sampai sekarang, insya Allah saya memang memperbanyak ibadah. Sholat sholet. Ngoja ngaji. Sedekah sedekih. Dzikar dzikir. Sinau terjemahan. Yutap yutup channel ustadz, kyai, habib dan lain sebagainya. Tapi seberapa sih ilmu saya. Masih sangat dangkal. Bahkan gak sebanding sama santri-santri penghapal Quran yang usianya separuh saya. Saya juga gak merasa jadi bagian dari pergerakan dakwah Islam apalagi perjuangan memperoleh kemerdekaan seperti haji jaman Belanda.
Kalaupun ada 1 atau 2 orang yang melihat saya sholat, kemudian tergerak untuk ikutan sholat. Atau ada yang mendengar saya tetap menjaga ngaji 1 juz per hari, kemudian tergerak ikutan ngaji. Atau ada yang ikutan membaca tulisan-tulisan saya, kemudian tergerak ikutan memperdalam Islam apa ya sebanding dengan perjuangan haji jaman Belanda dulu. Toh, Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah dipakaikan titel H di depan namanya tanda sudah pernah berhaji.Tapi dengan segala keterbatasan saya, bukannya saya gak ingin untuk bisa ikut menyebarkan Islam, berguna ke semua orang sesuai syariat Islam, sehingga nilai-nilai manusia sebagai makhluk yang tunduk hanya kepada Allah untuk hidup sebenarnya di akhirat nanti benar-benar bisa menjadi tujuan semua orang. Jelas ingin sekali.Â
Satu-satunya yang ingin saya gerakkan adalah diri saya sendiri, untuk tetap bisa istiqomah tetap menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Kalau boleh, jangan panggil saya haji...Â