Ada banyak sekali gaya bahasa dan metode berceramah seorang ustadz. Inti pesannya sama. Mengajakan untuk mengerjakan perintah Allah SWT dan mengajak untuk menjauhi larangan-Nya. Dalam Al Quran, datangnya semua Nabi dan Rasul selalu disebutkan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Kalau boleh saya menyimpulkan, 2 sudut pandang yang berbeda tetapi tujuannya sama. Saya mencoba menbuat analogi sederhana. Seorang anak kecil perlu motivasi untuk belajar dengan iming2 hadiah dan terbukanya pilihan hidup yang lebih baik dibandingkan diberi ancaman-ancaman yang menakutkan jika dia tidak belajar akan dihukum berat dan kehidupan yang sengsara di masa depan. Jadi penting juga untuk dipertimbangkan proporsi yang menempatkan sudut pandang bagaimana seorang muslim dimotivasi untuk menjalankan semua perintah Allah dengan mengharap ridho Allah, pahala dan tentu saja surga, dibandingkan seorang muslim harus diserang dengan rasa takut jika tidak melakukan perintah akan mendapat dosa dan ancaman neraka. Kesannya lebih menebar semangat optimistik. Seperti melihat 'gelas isi separuh air' dan masih bisa kita mengisinya sampai penuh yang itu berarti pemberian motivasi untuk menjalankan semua perintah Allah agar bisa penuh, mendapatkan surga....dibanding 'gelas tinggal isi separuh' yang semakin lama bisa habis yang itu dianalogikan sebagai iman yang semakin menipis, karena terus-terusan mengerjakan larangan-Nya dan habis sudah harapan surga karena mendapatkan neraka.
Sudut pandang itu menempatkan proporsi optimistik lebih besar yang kan? Bukankah setiap surat kecuali At Taubah kita juga membaca Bismillahirrohmannirrohim? Artinya Allah Maha Pengasih dan Penyayang juga lebih sering kita dengar. Bagaimana menurut anda?