Saya dari awal keberangkatan ibadah haji berjanji pada diri sendiri untuk ngoja-ngaji. 1 hari 1 juz. Bukan karena gerakan ODOJ (one day one juz) yang terkenal itu. Saya cuman ingin lebih "bener". Karena di hari keberangkatan tidak saya mulai dari juz 1, hanya meneruskan surat terakhir yang saya baca dari rumah, maka jelang 2 minggu saya sudah mau selesai juz terakhir. Kenapa hal ini saya ceritakan? Karena sangat berhubungan dengan cerita pertemuan saya dengan orang Pakistan di tempat Sa'i. Saya sama istri kebetulan mau Ashar sampai Isya di Masjidil Haram. Ngoja-ngaji. Tiba-tiba ada orang tua dari negara Pakistan yang menyerahkan Al Quran yang dibawanya kepada saya. Dia bilang kamu bisa gak mengartikan surat yang dibacanya karena Al Quran Masjidil Haram memang tidak ada terjemahannya. Saya cuma jawab saya pakai aplikasi atau quran digital yang sudah ada terjemahannya.
Kami akhirnya ngobrol tentang biaya haji, pekerjaan sampai dia bilang istri saya murah senyum... Cieeee..
Sampai akhirnya kami berpisah, dia tetap tidak mau menerima Al Quran yang tadi diserahkan ke saya dan mengembalikannya ke rak-rak Al Quran yang banyak ada di situ. Akhirnya istri saya yang mengembalikan ke rak. Kalau tidak salah, 3 hari yang lalu saya lagi-lagi bertemu dengan beliau. Tapi tidak saya ceritakan bahwa setelah khatam kemarin, sekarang saya mulai ngoja-ngaji membaca dari juzz 1 saya dengan membaca juga terjemahannya.