top of page
Writer's picturediky wiryawan

DIBAYAR KONTAN (18) - MENGURANGI NASI


Fakta : saya pernah 2 tahun lebih tidak makan nasi dan selalu menghabiskan pagi saya untuk jalan kaki sampai 6000 step untuk mengontrol kadar gula dalam darah yang cenderung tinggi karena faktor keturunan. 

Fakta : gigi saya bermasalah, karena gusi yang tidak mau mencengkeram akar gigi. Ini mengakibatkan sisa makanan sering sembunyi di sela gusi dan gigi yang tambah lama tambah keropos. Sebelum berangkat saya berdoa selama 45 hari saya berhaji, gigi ini tidak sakit. Itu sebabnya kemana-mana saya bawa ponstan. 

Fakta : selama berangkat haji, aktivitas pulang pergi ke masjid Nabawi dalam sehari juga aktivitas ketua regu yang mengharuskan naik turun tangga mengambilkan paket makan untuk regu selalu saya jalan kaki lebih dari 10.000 step.

Fakta : karena alasan tubuh butuh energi, semua nasi paket makan selalu saya habiskan, tak bersisa. 

Fakta : ketika umroh wajib, perjalanan menggunakan bis dari Madinah ke Mekkah hanya 'disangoni' 46 box sarapan, padahal 1 orang petugas pembimbing ibadah ikut di bis kami. Yang itu artinya beliau tidak dapat sarapan.

Otak saya berpikir cepat, saya memutuskan untuk memberikan jatah makan pagi saya ke pak Nuryanto petugas pembimbing ibadah dari Kemenag. Bahkan ketika saya hanya makan apel, gigi saya 'prothol'. Saya hanya makan beberapa suap nasi 'paroan' sama istri. Kebetulan? Atau memang saya 'disuruh' mengurangi nasi lagi? Yang jelas gigi saya itu jawaban dibayar kontan supaya ibadah saya tidak terganggu gigi yang sakit. Sekarang saya hanya mengkonsumsi sedikit nasi paket makan. Hanya lauk, sayur dan buah yang saya habiskan. Dan apel cukup sering jadi menu buah di paket makan yang mengingatkan saya untuk tetap mengurangi nasi. 

Pagi ini saya duduk di samping masjid perempatan dekat hotel Keswah Tower untuk menulis cerita ini. Ada orang yang membagi-bagikan sedekah ke siapapun yang lewat termasuk saya. Tahu apa yang dibagikan? Bukan air minum, tapi apel.


1 view0 comments

Recent Posts

See All

AMBROL

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola...

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang...

bottom of page