“Hari kedua Lebaran. Seorang lelaki tua duduk sendiri di sofa rumah mewahnya, rambutnya acak-acakan, seperti halnya kumis dan janggut menghiasi wajah nan keriput. Semua anaknya telah sukses hidup berbahagia bersama keluarga masing-masing di kota besar. Tidak mungkin terus menyesali kematian istri. Apalagi hati sudah terlalu letih berkeluh kesah tentang istri mudanya yang entah dimana. Satu-satunya teman adalah sepanci sayur basi di meja makan tanpa lauk. Berharap setiap syukur yang keluar dari mulut lemahnya adalah doa yang masih didengar oleh-Nya.”
top of page
Search
Recent Posts
See Allbottom of page