Tidak pernah dia terlihat sesibuk ini. Sebagai orang (yang dianggap) gila, selalu ada saja yang dilakukannya. Kali ini dia mengumpulkan teman-temannya di pinggir tanah lapang. Botol bekas, plastik krupuk dan potongan besi. Orang (gila) : “Semua sudah kumpul ya, sekarang laporan...” Botol bekas : ........ Plastik kerupuk : ....... Potongan besi : ..... Orang (gila) : “Tol, bener segitu yang kamu lihat?” Botol bekas : ...... Orang (gila) : “Kamu juga Tik? Bes?” Plastik kerupuk : ...... Potongan besi : ...... ........... ....... Orang (gila) : “Sudah, sudah, jangan kepanjangan laporannya...” Orang gila itu diam sejenak, seperti sedang berpikir keras. Orang (gila) : “Jadi dana yang terkumpul sudah segitu banyak ya? Pertanyaan saya sederhana, kenapa uang sumbangan dan donasi itu tidak segera disalurkan ke mereka yang membutuhkan dengan segera? Mereka kan perusahaan-perusahaan media yang punya kemampuan untuk secepat-cepatnya menyalurkan dana bantuan ke daerah yang terdampak bencana. Jadi jangan dikumpul-kumpulkan, supaya terlihat banyak, eM-eM an, tapi harusnya disalur-salurkan. Bukankah sebaik-baiknya rekening dana sosial itu saldonya 0 rupiah? Karena selalu bisa disalurkan dengan cepat.” Botol bekas, plastik kerupuk dan potongan besi hanya diam. Ya memang dari awal mereka cuma diam sih. Tiba-tiba orang gila itu beranjak pergi. Tangannya menepuk-nepuk dahinya. Orang (gila) : “Dasar orang - orang gila...”
top of page
Search
Recent Posts
See Allbottom of page