top of page
  • Writer's picturediky wiryawan

PAGI


Pagi belum terang... Di bawah mendung tebal langit, Bercahaya remang, Anak manusia bersuara sedikit.... Lirih... Lantunkan ayat... Parau menyayat... Dia menggugat... Kenapa nafasnya putus terengah? Kenapa dadanya sesak dan susah? Kenapa matanya berkaca mau tumpah? Bukankah ini yang Kau inginkan? Anak manusia mempertanyakan... Entah... Ratusan atau bahkan ribuan... Malaikat atau setan... Berdiri mengelilingi untuk menemani... Atau justru tersedak mentertawakan... Atau mungkin... Anak manusia hanya sendirian? Masih menghadap kiblat, Masih dingin dan berangin, Ranting dan daun bertingkah mau patah... Bunga kamboja beterbangan... Terengahnya... Susahnya... Tumpahnya... Mungkin karena dosa yang melimpah... Anak manusia menangis... Akankah tangisnya memecah dingin?

Akankah tangisnya membelah langit? Pagi mulai terang...

1 view0 comments

Recent Posts

See All

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola hidup sehat individu, menetapkan lagi tujuan hidup dan setelah

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang mengagetkan Wabah yang mengingatkan Pemenang bukan mereka yang terhinda

bottom of page