top of page
  • Writer's picturediky wiryawan

KOTAK INFAQ


Untuk kesekian kali takmir masjid mendapati kotak infaq-nya dipenuhi koran bekas. Benar-benar penuh. Tapi Jum'at sore ini mereka lega. Seorang anak kecil yang bukan dari lingkungan perumahan tempat masjid itu berada, telah "diamankan". Beberapa orang takmir hendak menanyakan lebih jauh apa yang membuat si anak kecil melakukan hal itu.

Takmir 1 : "Nama kamu siapa nak?"

Anak : "Mmmh, Soleh om"

Takmir 1 : "Rumah kamu dimana?"

Anak itu diam, dia tertunduk. Tidak berani membalas tatapan mata beberapa takmir yang mengerubunginya.

Takmir 2 : "Nak, apa benar kamu yang selalu memasukkan koran bekas ke kotak infaq masjid ini sampai penuh?"

Si anak kecil masih diam. Dia tidak berusaha menjawab pertanyaan sopan dari takmir itu. Kaos dan celana pendeknya lusuh. Seperti sarung kotak-kotak yang sedari tadi dikalungkannya di leher. Di sudut ruangan itu, setumpuk koran bekas memenuhi satu-satunya meja di ruang itu. Beberapa diantaranya terjatuh ke lantai karena tertiup kipas angin.

Takmir 1 : "Nak, tau nggak kalau kamu isi pake koran bekas gitu, jama'ah yang mau memasukkan uang infaq-nya jadi gak bisa masuk. Lubangnya ketutup sama kertas koranmu itu. Jadi sama saja kamu sudah menghalangi orang yang mau beramal di jalan Allah lho...Apa kamu gak takut dosa?"

Tiba-tiba si anak kecil menengadah. Matanya menatap tak berkedip ke arah takmir masjid yang tadi mengajaknya bicara.

Anak : "Tapi om...bukan itu maksud saya memasukkan korang bekas. Guru ngaji saya bilang setiap orang punya hak yang sama buat masuk ke surga. Gak peduli dia kaya atau miskin seperti saya."

Takmir 2 : "Guru ngaji? Dia yang menyuruh kamu memasukkan koran bekas."

Anak : "Mmmh, bukan guru ngaji beneran...dia hidup di jalan, malah beberapa orang menganggap dia orang gila. Hampir setiap sore saya bertemu dengannya di lampu merah. Dia ini yang ngajarin saya menghapal surat pendek. Kadang dia cerita kisah nabi."

Takmir 1 : "Orang gila?" tanya takmir kebingungan. Sejak kapan orang gila bisa ngaji, begitu pikirnya.

Anak : "Saya gak tau namanya om, tapi dia bilang...kalo mau masuk surga ya harus jadi anak sholeh, jangan cuma nama aja yang sholeh, harus banyak beramal. Kalo sekarang kamu gak punya uang, latihan dulu gak papa. Potong tu koran bekas, trus masukin ke kotak amal setiap kamu sholat di masjid. Gitu katanya." kata si anak berapi-api.

"Allah itu Maha Kaya, Dia gak butuh uang. Yang dibutuhkan itu keikhlasan, bukan berapa jumlah uangnya. Jadi saya latihan dulu om, biar besok pas saya udah gede dan punya uang, semua akan saya anggep koran bekas....Jadi saya bisa ikhlas, gak peduli uangnya itu ribuan, lima ribuan atau malah yang lebih besar." ucap si anak kecil.

Takmir terdiam. Tiba-tiba suasana jadi hening. Mereka tidak menyangka bahwa lewat orang gila yang disebutkan anak kecil di hadapan mereka ini, mereka dapat pelajaran penting tentang latihan ikhlas ber-infaq.

Tidak lama kemudian, si anak dipeluk erat oleh semua takmir masjid. Kalau si anak bisa belajar ikhlas memasukkan infaq walaupun hanya dengan koran bekas setiap hari, kenapa mereka tidak bisa ikhlas menerima proses belajar si anak tersebut?

DIKY WIRYAWAN

1 view0 comments

Recent Posts

See All

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola hidup sehat individu, menetapkan lagi tujuan hidup dan setelah

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang mengagetkan Wabah yang mengingatkan Pemenang bukan mereka yang terhinda

bottom of page