top of page
  • Writer's picturediky wiryawan

SAKSI KUNCI


***

Pria 1 : "Mushola dimana ya pak?" (pria bertanya pada petugas keamanan stasiun)

Pria 2 : "Ojek..ojek...ojek...." (anak muda menawarkan ojek kepada penumpang kereta yang melewatinya)

Pria 3 : "Marii mampir bu, ramesan ada, soto ada, kupi juga ada..." (pria berdiri di depan warung dan menawarkan menu makan siang kepada orang yang lewat di depan warungnya)

Wanita 1 : "Berapa tiket pak?" (cewek petugas loket bertanya kepada pembeli dari balik kaca loketnya)

Wanita 2 : "Aku melu arisan wis ping pitulas, tapi durung tau entuk mbak..." (cewek muda sedang duduk menunggu jemputan di dekat parkir bicara dengan temannya)

Wanita 3 : "Buruan bikinin kopi item pak, noh nyang beli nyang itu tuhh.." (ibu pemilik warung meminta suaminya membuatkan pesanan pembeli di kiosnya)

Anak kecil 1 : "Oweeeekkkk...oeeweeekkkkkk!!!" (bayi yang digendong ibunya menangis karena terganggu tidurnya)

Anak kecil 2 : "Om, om ngliatin apa sih, ini kembalian uangnya..." (seorang anak mengembalikan uang kembalian kepada cowok yang sedang memegang HP di depan kios korannya)

Suara 1 : "Tong teng ting tuuuung...Kereta Api Gajayana Jurusan Malang, Jawa Timur, segera diberangkatkan..." (suara pengumuman dari speaker di atas pilar stasiun)

Suara 2 : "Berita siang ini, polisi masih bekerja ektra keras untuk mengungkap siapa pelaku aksi teror di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot Kuningan pertengahan bulan lalu..." (suara tv yang menyiarkan berita)

Suara 3 : "Aakulah sang maaantan...aakulah sang maantann..." (suara radio yang memutarkan lagu Nidji milik salah satu pemilik warung)

Semua suara dan pembicaraan orang di depan peron Stasiun Gambir masuk ke ke telingaku.

Aku harus cepat bisa menemukan siapa yang akan melakukannya, sebelum semua terlambat...

***

Perjalanan jauh tidak pernah membuatku bosan. Apalagi di kereta senyaman ini. Sayangnya aku tidak bisa melepasan perhatian sedikitpun ke pemandangan indah di luar sana. Pohon-pohon yang nampak berlarian, sawah yang terbentang luas, semua seperti berlomba-lomba mencari...mmmhh atau lebih tepatnya mencuri perhatianku. Huuuffftt.

2 orang itu bukan pasangan suami istri. Yang cowok merupakan pengusaha muda yang bergerak di jasa travel. Yang cewek WIL-nya. Tugasku memastikan si cewek tetap berpisah dengan cowok dan pulang ke arah stasiun Gambir sekitar jam 19.00. Di ORGANISASI ada informasi dari sumber yang bisa dipercaya bahwa cewek ini akan diincar di depan peron Stasiun Gambir. Kurang lebih 20 menit lagi...

***

"Jeleeeeeeeeeekkkk....."

"IYA"

"Kok belum tidur? Udah tengah malem lho...."

"...."

"Aku gak habis pikir deh, kenapa si Rony bisa terlibat kasus kejahatan seabreg gitu dan akunya gak nyadar..."

"IYA"

"Jangan-jangan kamu udah tau ya?"

"IYA"

"Tuuuh kaaan, kamu gak bilangin aku sih...berarti kamu yang lebih jahat, ngakunya pemuja rahasia kok gak ngasih tau. Apa sih susahnya, kan buat keselamatan aku juga. Gimana kalo aku ikut diperiksa polisi, gimana kalo aku ikutan dipenjara.....Ihhhhh.... Harusnya kamu bisa kasih tau dulu, pake kertas kek trus diselipin di bunga mawar yang kamu kirim tiap hari itu...." pesan panjang idola masuk ke hp ku. Sebenarnya aku paham sama protesnya. Sangat paham malah. Tapi itu tidak bisa aku lakukan.

"Denger-denger, kasusnya udah dilimpahin ke Kejaksaan...dan besok pagi mulai sidang..."

"IYA"

"Tadi sempet keluar di berita, saksi kunci kasus ini, yang besok dateng juga ke pengadilan...diserang copet di Stasiun Gambir. Untung ada yang nolongin, sayangnya pelaku gak ketangkep. Dikejar banyak orang, termasuk security stasiun. Tetep aja gak ketangkep..."

"IYA" jawabku singkat.

Orang itu bukan copet. Dia profesional yang dikirimkan untuk menghabisi cewek WIL, saksi kunci kasus illegal loging dan penyuapan yang melibatkan Rony dan group perusahaan milik keluarganya. Seharusnya aku bisa lebih cepat mendeteksi penyamaran si pelaku. Logikanya gak mungkin cowok yang penampilannya perlente seperti itu, dengan HP keluaran terbaru masih beli koran. Pasti ada aplikasi berita di gadgetnya, lagian mata cowok itu tidak pernah lepas dari pintu keluar penumpang stasiun Gambir.

Yang penting tugasku sudah selesai...

Diky Wiryawan

4 views0 comments

Recent Posts

See All

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola hidup sehat individu, menetapkan lagi tujuan hidup dan setelah

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang mengagetkan Wabah yang mengingatkan Pemenang bukan mereka yang terhinda

bottom of page