top of page
  • Writer's picturediky wiryawan

DI BAWAH POHON ITU...


***

"Kalian tidak punya hak untuk memperlakukanku seperti ini, lepaaskaaaan..!!" teriakku dengan suara parau.

"Kami bisa saja melepaskanmu, tapi sebelum malam tiba, kepolisian sudah cukup bukti untuk menangkapmu karena pembunuhan preman pasar yang kau lakukan beberapa hari yang lalu..." begitu kata suara itu.

"Saya rasa tidak begitu susah untuk kemudian mengaitkanmu dengan banyak kasus pembunuhan dan pembobolan rumah yang selama ini sudah kamu lakukan..."

"HHAAAH!! Darimana kalian tau semua itu...tidak mungkin mereka bisa menangkapku, saya selalu bekerja rapi dan tidak pernah meninggalkan jejak." jawabku lagi.

Gubuk ini sangat gelap. Bahkan untuk melihat berapa orang yang ada dihadapanku sekarang saja aku tidak bisa. Apalagi belum 2 minggu aku baru saja selesai menjalani masa pemulihan operasi mata. Semua nge-blur. Tanganku terikat ke belakang. Kakiku juga. Entah sudah berapa hari aku disini. Hanya satu yang mereka minta BERGABUNG DENGAN ORGANISASI.

***

Sudah sore. Hujan rintik-rintik membasahi pohon di tepi sebidang sawah kecil di kota tempat aku tinggal. Sudah 3 bulan ini aku setiap hari, pagi sampai sore, ada disini.

Aku harus kembali ke kost, sebelum idola diantar pulang cowoknya. Idola itu sebutanku buat dia. Dia bukan artis. Dia bukan orang terkenal. Hubunganku dengan idola sulit untuk diceritakan. Yang jelas sekarang ini aku tinggal sekost dengan dia, tahu kemana saja perginya dia, tahu apapun yang dilakukan dia, tanpa dia tahu siapa aku sebenarnya. Pemuja rahasianya.

***

Ctiinggg..Ctinggg...

Suara pesan BBM itu pasti dari idola. Sesuai janjinya, jam 18.00, dia akan sampai kost dan langsung memberitahuku.

“Jeleeeeeeeek....ujaaaaan” begitu bunyi pesan itu...

“IYA” jawabku sambil senyum. Tidak sulit membayangkan betapa manjanya dia kalau mengucapkannya langsung di depanku. Andai itu bisa.

“Eh, Rony itu ternyata orangnya protektif banget ya...apa-apa gak boleh, apa-apa harus ijin dulu dan dianter sama pengawalnya dia yang tampangnya sereeeeem banget itu...beteee...”

“IYA”

“Kamu kenapa sih, setiap aku cerita cowokku, kamu jawabnya lama...”

“.....”

“Oiya, aku harus nanya dulu ya...emang kamu gak suka sama Rony?”

“IYA”

“Tuuuuh kaaan, kenapa?”

“.....”

“Yeeee, sekali-kali gak jawab pake “YA”, “MAAF”, "....." kenapa sih...” katanya protes.

Sebenarnya ada info yang dia tidak tahu dan tidak bisa aku ceritakan. Perusahaan milik keluarga Rony, termasuk anak perusahaan yang dipimpin Rony sendiri sudah lama jadi target ORGANISASI. Karena sekian lama melakukan illegal logging dan suap ke pejabat-pejabat terkait tanpa bisa tersentuh hukum. Buktinya apa, sejak kapan...hanya ORGANISASI yang tahu. Levelku tidak setinggi itu.

Obrolan BBM itu terus berlanjut. Membicarakan banyak hal. Kebanyakan tentang keseharian si cewek. Tidak lagi membicarakan cowoknya, perusahaan cowoknya, perusahaan keluarga cowoknya apalagi isu tentang kasus yang melilitnya. Tidak lama kemudian, mereka pun tertidur pulas.

***

Nguttt...Nguuuuttt

Terdengar suara pesan masuk di hp si cowok. Pesan itu tampil di notifikasi layar depan ORG:/PERINTAH/JAUHI POHON.

Pesan yang baru dibaca keesokan harinya oleh si cowok.

Beberapa jam kemudian berita malam dari tv memberitakan operasi tangkap tangan yang dilakukan Komisi Anti Korupsi terhadap orang suruhan perusahaan yang melakukan penyuapan terhadap pejabat bupati. Diduga terkait kasus illegal logging di Kalimantan. Informasi ini hasil pengembangan dari penemuan bukti berupa tas yang dikubur di bawah pohon dekat sawah di kota ku tinggal.

Diky Wiryawan.

8 views0 comments

Recent Posts

See All

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola hidup sehat individu, menetapkan lagi tujuan hidup dan setelah

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang mengagetkan Wabah yang mengingatkan Pemenang bukan mereka yang terhinda

bottom of page