top of page
  • Writer's picturediky wiryawan

PAGI, SIANG, SORE DAN MALAMKU


Pagi itu... Matanya berbinar setiap menyambut kedatanganku. Apalagi memang sudah beberapa hari ini aku tidak pulang ke rumah. Mulut kecilnya berkata "ayah diki kok lama banget e pulangnya? kerja di sembilan po?". Pertanyaan yang hanya aku jawab dengan senyum. Walaupun mata ngantuknya gak ketulungan, ditambah pusing kebanyakan liat angka, aku gak ingin dia tau betapa apa yang aku lakukan adalah demi masa depannya yang selalu aku upayakan dengan doa dan segenap cucuran keringat. Segera kucium pipi dan keningnya. Sayap baju supermennya berkibar ketika dia menggandengku masuk ke dalam. Bundanya menyuguhkan secangkir kopi instant kesukaanku. Kental, tidak ditambah gula. Di balik semua pengertiannya, aku pun selalu mencoba mengerti apa yang diinginkannya...tentang realitas dan kerasnya hidup.

Semoga di hari esok, semua bisa jauh lebih baik.

*** Siang itu... Tanpa sengaja badannya mulai bergerak dari posisi duduk bersandarnya. Cuaca yang sangat panas dan banyaknya ibu yang mengunjungi acara di posyandu tidak mampu membangunkannya. Celana dan kaos yang tadinya agak basah karena keringat sudah mulai mengering. Ubin yang dingin dan angin sepoi-sepoi segera membawanya ke alam yang menentramkannya. Sementara kru yang lain hanya memotretnya sambil cengengesan. Semua lancar, target penjualan product pun hampir selalu terlampaui. Satu persatu pengunjung pulang. Tenda, mainan anak, sound system, genset, product harus kembali dikemas dalam pick up. Dia pun terbangun, sebentar kemudian sudah bergabung dengan kru yang lain untuk pindah venue.

Jadwal event yang padat memang kadang tidak mau berkompromi dengan batas lelah. Report sampai dini hari, aktivitas event di pagi dan sore hari di tempat yang berbeda...banyaknya properti dan tingginya target yang semuanya membutuhkan pengerjaan maksimal...agar kepercayaan client dan PESAN dari brand benar-benar tersampaikan...Semangat ini yang selalu aku tanamkan dalam setiap event yang digarap sembilan. Dimanapun itu, kapanpun itu...Sayangnya, kadang aku bisa menemani mereka tapi kadang tidak. Semoga sembilan di hari esok bisa jauh lebih baik. *** Sore itu... Dia masih saja tidak pernah mau kalah dengan kemauan di usianya. Sudah capek protesku agar beliau selalu menjaga kesehatannya dengan tidak terlalu lelah beraktifitas. Tapi setua apapun aku, tetaplah bagai seorang anak kecil di pandangannya. "nak, yangkung suruh istirahat dulu, nanti sakit lo yang.." kataku menyuruh anakku mengingatkan eyang kakungnya. Di dalam rumah eyang, bunda sudah membuka makan malam yang tadi dibeli di jalan. Aku mencium tangan orang yang sangat aku hormati. Anakku juga. Yangti begitu anakku menyebutnya. Walaupun aku sekarang banyak tidak sependapat dengan kedua orang tuaku ini, hal ini tidak mengurangi sekecil apapun rasa sayang dan hormatku pada mereka. Memang klise. Tapi memang di setiap langkahku, di setiap fase kedewasaanku, di setiap adaptasi perubahan hidupku, selalu didampingi oleh mereka. Materiil maupun non materiil. Tanpa kecuali. Aku pernah menangis di hadapan mereka karena merasa tidak pernah mampu mengembalikan semua bantuan mereka dan tidak pernah mampu untuk membahagiakan mereka. Tanpa sengaja aku terpaku melihat alat pernafasan di atas meja. Alat yang digunakan eyang kakung kalau beliau sesak nafas. Aku patungan sama adik dan mas ku membelikannya di Jakarta. Baru saja dipakai. Obat-obatnya pun kelihatannya belum sempat dibereskan. Lagi-lagi aku melewati hari bahkan tanpa aku tau ayahku baru saja berjuang untuk tetap bisa bernafas. *** Malam itu... Aku tidak bisa tidur. Hampir shubuh. Bayangan orang - orang hebat itu selalu muncul di benakku... Istriku, anakku, kru dan semua rekan kerjaku, adikku, kakakku, papahku, mamahku....semuanya. Bagiku, tidak usah menjadi orang terkenal untuk menjadi hebat, tidak usah juga menjadi pahlawan untuk membuktikan bahwa kita kuat. Tapi mampukah kita mengatasi segala kelemahan dan keterbatasan untuk menguatkan kemampuan dalam memainkan peran kita? Apakah benar ini untuk hari esok yang lebih baik? Ataukah hanya ketidakmampuanku mengatasi egoku mengejar hari esok? Diantara semua orang hebat itu, aku merasa yang paling lemah...dan semakin merasa lemah...

Masih tidak bisa tidur. Sudah shubuh. Bayangan orang - orang hebat kembali muncul di benakku..Istriku, anakku, kru dan semua rekan kerjaku, adikku, kakakku, papahku, mamahku....semuanya. Tapi kini beda. Mereka kini menguatkan aku. Orang - orang hebat ini yang membuatku selalu ingin hidup hingga 100 tahun lagi...bersama mereka...

Diky Wiryawan

9 views0 comments

Recent Posts

See All

PEMUTUS RANTAI

Tidak pernah berdiri sendirian... Di rumah aja berarti membatasi sosialisasi, membatasi berdekatan dan bersentuhan, meregulasi ulang pola hidup sehat individu, menetapkan lagi tujuan hidup dan setelah

TUNDUK DAN TAKLUK

Dia akan pergi... Dia pasti akan pergi... Sebelum malam tiba... Entah kapan malam itu tiba... Dunia sedang belajar... Wabah yang mengagetkan Wabah yang mengingatkan Pemenang bukan mereka yang terhinda

bottom of page